Payakumbuh,SUMBAR24JAM.id – Selama pandemi Covid-19 mewabah di kota Payakumbuh, dampaknya kian terasa terhadap ekonomi,yang paling dirasakan masyarakat bawah yang rentan ekonomi. Mulai dari daya beli masyarakat yang kian turun, hingga komoditas di pasaran yang harganya serba tak tentu saat ini.
Warga lansia yang kami temui merupakan sosok seorang sukarelawan memperjuangkan nasib warga papua yang jauh keterbelakangan dari segi apapun,Usman itulah panggilan akrap beliau berumur 82 tahun kelahiran Bukittinggi,nagari ampek Angkek,sedangkan istri beliau asli Pandeglang Banten,Selasa (30/8/22).
Usman pernah mengabiskan hidupnya menjadi sukarelawan perang zaman penjajahan dan pemberontakan dari PKI,umur satu tahun Usman dibawa tinggal bersama kedua orangtua beliau di sebuah kelurahan Parik Rantang disanalah Usman dibesarkan lebih kurang selama 20 tahun.Itupun selama muda kegigihan beliau tak pudar dikarnakan sering bolak balik Jakarta ke Papua,selama dijakarta beliau bertempat tinggal bersama seorang RT tepatnya di jalan Veteran lima Gang TSS buat misi kemanusiaan,”Ujarnya.
Usman merupakan seorang sosok pejuang kemerdekaan dizaman nya.Semasa hidupnya ditahun 1964 beliau menjadi sukarelawan buat tanah papua serta berperan sebagai pejuang kemerdekaan Papua dari penjajah.
Pasangan suami istri ini harus bertarung hidup buat mencari sesuap nasi,karena pasutri ini tidak memiliki anak.Usman menceritakan nasib hidupnya bersama awak media dikediamannya, dulu kami mempunyai lima orang anak namun 4 kali mengalami keguguran pada kandungan berumur 5 bulan hingga 6 bulan,”Ungkapnya kepada awak media.
Kelahiran anak kelima beliau seorang perempuan baru bisa dirasakan pasutri kehadirannya, namun anak tersebut tidaklah lama mereka miliki berumur 1,5 tahun menderita penyakit tipes hingga akhirnya kembali kemaha kuasa.
Usman berusia 82 tahun merupakan hari senja untuknya ditambah pendengaran beliau mulai berkurang,akan tetapi harus memaksakan diri di usianya yang renta agar kebutuhan keluarga serba tercukupi dengan berjualan kecil kecilan Sehari-hari bersama istrinya.
Sang istri mengungkapkan kesedihan pada awak media beliau hanya memperoleh rata-rata penghasilan paling tinggi Rp 50 ribu namun terkadang Rp 6 ribu berjualan kopi sehari penuh bersama istri,”Tuturnya sambil berlinang air mata.
“Sehari-hari keduanya jualan air kopi disebuah tempat yang diamanahkan warga untuk ditempati,sebahagian warga ada yang merasa kasihan serta membantu sebisanya.
“Kata istrinya,kami tidak tersentuh yang namanya bantuan pemerintah dan itupun yang pernah kami dapatkan berupa dana covid19 sebesar 200 ribu” puluhan tahun kami menempati tempat ini”Sahutnya,dengan berlinang air mata.
Hal ini sangat disayangkan,kedua pasangan ini seakan luput dari perhatian pemerintah.Meskipun telah diajukan terdaftar sebagai penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau sejenisnya sejak beberapa tahun yang lalu, namun dia mengaku tak pernah mendapatkan bantuan tersebut sepersenpun,selain bantuan covid19.
Hasri Roza selaku kepala Lurah Padang Tangah Balai Nan Duo yang baru menjabat 10 bulan menyampaikan keawak media data keluarga ini telah kami upayakan serta ajukan ke dinas sosial,namun sampai saat ini belum turun, “Jawabnya.
Harapan Usman serta istrinya, beliau berharap dinas sosial dapat mengabulkan keinginan karena selama lebih puluhan tahun tinggal ditempat yang ditempati merasa terabaikan tambahnya diakhir penutupnya.(*)
AR