
Zulfadhli Anwar
Sumber: wawancara
SUMBAR24JAM, Padang| Momen haru mewarnai proses keberangkatan Jemaah Haji Kloter I Embarkasi Padang (PDG) pada Sabtu 3 Mei 2025. Sebanyak 423 jemaah diberangkatkan menuju Tanah Suci dan kini telah tiba dengan selamat di Madinah pada Sabtu malam pukul 22.40 WAS.
Ada kisah mengharukan di balik keberangkatan kloter perdana ini, kisah menyentuh hati seorang jemaah prioritas lanjut usia (lansia) bernama Syarfini Aslim Salim (69), menjadi bukti nyata hadirnya pelayanan humanis di Asrama Haji Embarkasi Padang.
Syarfini, warga Sumatera Barat yang menjadi bagian dari kloter pertama, adalah seorang jemaah prioritas dengan keterbatasan kesehatan, terutama pada bagian kaki. Rasa sakit yang dideritanya membuat jemaah ini kesulitan untuk berpindah dari kursi roda menuju kendaraan bus yang disiapkan untuk mengantar para jemaah ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Saat keberangkatan dari asrama haji, meski sudah diyakinkan oleh para petugas, wajah beliau masih menunjukkan keraguan dan ketakutan.
Petugas pun terus berupaya meyakinkan dan memberi semangat. Namun, pendampingan anaknya pun belum cukup untuk mengurangi kecemasan yang terlihat jelas dari gerak tubuh dan sorot mata Syarfini.
Dalam situasi yang semakin sensitif, Kepala UPT Asrama Haji Embarkasi Padang, Dr. Afrizen, segera turun tangan secara langsung. Dengan penuh empati dan pendekatan yang lembut, Afrizen menghampiri Ibu Syarfini.
Afrizen mendengarkan keluh kesah sang jemaah dengan sabar dan tenang, mencoba memahami ketakutan yang tengah dirasakan.
Kemudian, sentuhan kemanusiaan yang ia tunjukkan dalam percakapan itu menciptakan suasana hangat, membuat Ibu Syarfini merasa dihargai dan tidak sendirian.
Setelah berkomunikasi dengan petugas dari Gapura Angkasa dan mempertimbangkan kondisi kesehatan Ibu Syarfini, keputusan pun diambil. Untuk kenyamanan dan keselamatan jemaah, Ibu Syarfini dibawa menggunakan ambulans menuju bandara. Ini adalah solusi terbaik untuk menghindari risiko dan menjaga kenyamanan jemaah prioritas yang tengah mengalami kesulitan.
Ternyata momen yang paling menyentuh justru terjadi sebelum keberangkatan ambulans. Ibu Syarfini menolak melepas tangan Kepala UPT Asrama Haji. Dalam lirih suara penuh harap, sang ibu meminta agar Dr. Afrizen menemaninya sampai ke pesawat.
Dengan ketulusan hati, Dr. Afrizen mengiyakan permintaan tersebut.
“Beliau sudah saya anggap seperti orang tua sendiri. Mendampingi sampai ke kursi pesawat adalah bentuk tanggung jawab kami memberikan kenyamanan lahir dan batin bagi jemaah,” ujarnya.
Selama perjalanan menuju bandara, tangan Ibu Syarfini tetap digenggam oleh Kepala UPT Asrama Haji yang juga didampingi Elfitrayenti Afrizen selaku Ketua Dharma Wanita UPT Asrama Haji, bersama tim petugas medis.
Di dalam ambulans, suasana hangat tercipta melalui obrolan ringan yang terus mengalir, meredakan kegelisahan sang Ibu jemaah ini. Bahkan selama diperjalanan Ketua Dharmawanita UPT Asrama Haji Embarkasi Padang turut membantu memberikan obat luar dan mengoleskan pada kaki jemaah untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri.
Setiba di Bandara Internasional Minangkabau, Dr. Afrizen kembali membuktikan komitmennya. Bersama petugas lainnya, ikut membantu memindahkan Ibu Syarfini dari ambulans ke tandu dan mengangkatnya secara bersamaan menuju kursi pesawat. Tak sekadar memberi instruksi, Afrizen terlibat langsung.
“Membuktikan bahwa pelayanan haji bukan sekadar tugas administratif, tetapi juga tugas kemanusiaan.” Tutur Afrizen kepada sumbar24jam, Ahad (4/5/2025) malam.
Pelayanan seperti ini mencerminkan wajah sejati dari Asrama Haji Embarkasi Padang. Tidak hanya mengurus akomodasi, dokumen dan logistik. Lebih dari itu, juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas dalam setiap langkah pelayanan.
“Kenyamanan bagi jemaah itu penting. Apalagi bagi mereka yang memiliki keterbatasan, kita wajib hadir secara utuh,” imbuh Dr. Afrizen.
Kisah Ibu Syarfini menjadi cermin dari keberhasilan sistem pelayanan haji yang berfokus pada pendekatan humanis. Di tengah dinamika dan tekanan pelaksanaan ibadah haji, masih ada ruang bagi empati dan kasih sayang untuk hadir dalam bentuk nyata. Hal ini juga menjadi inspirasi bagi seluruh petugas agar selalu mendahulukan kemanusiaan dalam setiap tindakan pelayanan.
Alhhamdu-lillaah, kini Ibu Syarfini sudah tiba di Madinah bersama rombongan kloter 1. Kondisinya stabil dan tenang. Sementara itu, doa dan ucapan terima kasih terus mengalir dari mulutnya.
“Saya tidak akan lupa kebaikan dan ketulusan Bapak Afrizen. Saya doakan beliau sehat selalu,” ucapnya sesaat sebelum pesawat lepas landas.
Cerita ini menjadi bukti bahwa pelayanan haji bukan hanya soal logistik dan transportasi, tetapi juga tentang bagaimana menjadikan setiap jemaah merasa dimuliakan. Dan itulah yang kini menjadi wajah pelayanan haji di Embarkasi Padang—pelayanan yang ramah, tulus, dan penuh kasih.
Bukti bahwa UPT Asrama Haji Embarkasi Padang menunjukkan profesionalisme dan kelembutan hati bisa berjalan seiring.
Sebuah inspirasi untuk dunia pelayanan publik di mana pun berada. Ingin melihat jemaah tersenyum dengan nyaman dan aman menuju Tanah Suci adalah cita-cita bersama.
Dan melalui pendekatan humanis seperti ini, cita-cita itu kini sedang diwujudkan, satu per satu, dengan tangan yang tak pernah lelah menggenggam.***