Payakumbuh,Sumbar24jam.id – Sungguh malang nasib kakek Weryorejo (89) tahun beserta Joko Sayudi (46)tahun yang bekerja sebagai tani.Keduanya warga kelurahan Padang sikabu,RT 001/RW 003 kecamatan Lamposi Tigo Nagori kota Payakumbuh Sumatera Barat,Sabtu (27/1/2024).
Awak media bersama Aktivis Kemanusiaan Luak50 Chairul Saleh (Arul) beserta ketua Organisasi Pekat IB Suharyono mendatang serta mengunjungi rumah yang tak layak huni ini atas laporan salah satu masyarakat yang tak bisa disebutkan namanya.
Kekek keturunan Jawa Tengah Boyolali ini,serta tinggal bersama anak kandung harus menanggung penderitaan 30 Tahun di Kota Payakumbuh ini sehingga mendapatkan sebidang tanah dahulunya harus menjalani puasa sunat semasa hidupnya.semasa hidup puluhan tahun harus tinggal di gubuk reyot yang atapnya ada sebagian bocor atau Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Pantauan di lokasi, kakek berusia 89 tahun itu tinggal di rumah berukuran 5×3 meter beralaskan tanah serta dinding yang terbuat dari papan yang sudah lapuk dimakan usia. Lebih miris lagi, lokasi rumah kakek tua ini tersebut tidak jauh dari pusat Pemerintahan Kota Payakumbuh.Pemakaian listrik dengan daya 900 itupun dengan sistim token pulsa yang mana 50 ribu hemat dalam satu tahun.
“Kok bisa mas 50 ribu bayarnya satu tahun makai listrik?
Tanya Arul.!
Setelah ditelusuri ternyata keduanya hanya memiliki titik lampu dua buah,cuman itu yang kami pakai dengan 2 bola, sedangkan buat masak cuman memakai kayu api yang kami cari di ladang,Tambahnya.
“Sudah 30 tahun saya tinggal dirumah ini, karena saya asli orang Jawa Tengah Boyolali Kalau untuk jalan keluar harus menempuh jalan yang berlumpur,karna lokasinya terletak di tengah ladang warga.
Namun, ada satu hal yang membanggakan pada dirinya. Ia memegang prinsip, meminta belas kasihan orang lain adalah suatu hal yang tabu baginya Dia rela bekerja apa saja, untuk mendapatkan sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari.
“Saya hidup seorang diri,bersama ayahnya yang telah termakan usia sedangkan istri saya sudah meninggalkan rumah ini karna kehidupan sehari-hari yang kurang beruntung untuk keluarganya,”Tuturnya.
Untuk kebutuhan makan sehari-hari, saya biasa apa adanya kalaw tak punya beras.Tapi saya belum pernah meminta-minta, meskipun tidak memiliki beras untuk dimasak,” Tambahnya.
“Kalau untuk bantuan dari pemerintah, Alhamdulillah kakek mendapatkan sembako sekali 3 bulan, itupun tak menentu keluar,namun kakek berharap program bantuan rumah Tak layak huni karna rumah yang beliau tempati berlantai tanah serta termakan usia.Selain rumah tak layak,BPJS keduanya juga mengalami terkena blokir alias tak bisa di gunakan.
Dirinya berharap, agar Pemerintah Kota Payakumbuh memperhatikan nasib kami,”karna keadaan kami yang kurang beruntung dengan yang lain”.
“Harapan kami dapat bantuan dari pemerintah seperti masyarakat yang tidak mampu lainnya, baik bantuan sembako maupun bantuan perbaikan rumah. Karena rumah yang saya tempati saat ini, sering mengalami kebocoran setiap kali datang hujan,” Ujar anak kakek.
Sementara, aktivis kemanusiaan serta sosial ini bakal mencarikan solusi terbaik buat keluarga ini,paling tidak melaporkan hasil laporan masyarakat serta hasil sidak kita yang telah berkunjung.
“Betul cukup miris dan prihatin sekali sudah 30 tahun rumah ini berdiri, tapi kenapa perangkat lurah dan bawahannya tak mengajukan?”Tegas Arul.
Apakah lurah ato perangkat tak mengetahui ato program bantuan perumahan untuk masyarakat Lemah dan miskin?,padahal ditahun 2023 kemarin,kira kira dibulan Maret Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) kota Payakumbuh memberikan bantuan tersebut buat keluarga miskin rumahnya tak layak huni.
Harapannya kami ketua Pekat IB dan aktivis Kemanusiaan Arul berharap pemangku kepentingan tertinggi bisa memberikan solusi dan jalan kemudahan serta keinginan mereka, terutama rumah tak layak huni serta akses jalan yang rusak parah,”Sahutnya di penutup.(red*)
Tim