50 KOTA, SUMBAR24JAM.id – Memprihatinkan, begitu kondisi pekerjaan rekonstruksi jalan provinsi di ruas batas Payakumbuh – Sitangkai. Kenapa tidak, terindikasi pekerjaan tak profesional dan rawan kecelakaan. Pasalnya, proyek berlokasi di Kabupaten 50 Kota itu, dipenuhi lubang. Baik lubang pemetakan (peaching) maupun lubang galian bahu jalan.
Menariknya, konstruksi jalan tak mampu menahan beban kendaraan, terutama truk bermuatan 30 ton. Sementara, proyek bernomor kontrak 620/102/KTR – BM/2022, untuk saluran air hanya menggunakan polongan kecil. Sehingga tak mampu menahan beban jalan nilai kontrak Rp2.897.842.164.38, waktu pelaksanaan 154 hari kalender itu.
Telusuran awak media ini, kelokasi pekerjaan, Jumat kemarin (19/8), ada beberapa kejanggalan ditemukan pada proyek yang dikerjakan PT. Bintang Sago Jaya ini. Terlihat, proyek dengan konsultan supervisi CV. Vitech Pratama Consultan, untuk pemetakan terkesan asal asalan. Aspal yang tersisa terlihat retak bagian pinggirnya, disebakan pemetakan tak menggunakan coutting aspal dan langsung menggunakan hammer.
Itupun tak ditutupi rambu dan police line. Padahal, setelah lubang pemetakan dibibir jalan juga terbuka lubang galian untuk bahu jalan. Dan, pengendara rawan terperosok pada lubang pemetakan serta lubang galian bahu jalan. Batu mangga, juga terlihat diantara jalan tersebut, sehingga menyulitkan kendaraan melewati jalan itu. Wajar saja, pekerjaan tak profesional tersebut menuai hujatan warga dan pengendara.
Boy Roy Indra SH, praktisi hukum dan pengamat jasa konstruksi, menilai ada keteledoran dalam pekerjaan proyek ini. Pasalnya, pekerjaan dijalani truk bermuatan berat, namun pekerjaan terkesan diabaikan. Bahkan, tak ada pengamanan jalan, meski lubang hampir disepanjang jalan tersebut. Begitu juga, tanah timbunan (aggereget) dan polongan untuk saluran air, terkesan tak menjadi perhatian.
Masyarakat dan para netrizen merasa proyek ini asal jadi buat mempercepat pekerjaan tampa memperhatikan aspek sebab akibat yang bakal terjadi suatu saat.
“Apakah proyek ini tidak ada pengawasan dinas terkait? “Ujar masyarakat setempat.
Parahnya lagi kenapa polongan gorong2nya dipasang padahal aspek jalan tersebut dilalui truk yang bermuatan 30 ton ato lebih,seharusnya standar kerja tersebut memakai duker atau box culver buat ketahanan lebih lama.
Pengamat dari beberapa LSM tentang proyek ini bermacam macam apakah pengerjaanya terpaksa ato sekedar mengabiskan anggaran sesuai waktu yang ditentukan,”Ujarnya di penutup.(red*)
Tim